16.4.08

Pengaruh kesehatan terhadap mahasiswa yang berperan sebagai wanita karir

Hahaha
Sindrom mahasiswa akhir yang belum punya judul skripsi. Dijadikan judul tulisan juga nda apa2 deh…

Hari ini adalah hari yang melelahkan. Kemarin juga. Dan esok juga pasti lebih melelahkan karena makin banyak tugas yang belum terselesaikan karena keseringan ditumpuk...
Hari ini adalah hari yang menyenangkan. Aku bisa konsisten dengan jadwal yang telah kutetapkan kemarin. Pukul 09 lewat tiba di JILC, setor poster dan foto id yang baru, 30 menit di JILC..kupilih angkot berkode j untuk mengantarku di depan rujab gubernur. Jalan2 sedikit sampai di gedung bakti. Pukul 10.00 ada janji dengan mila dan kak kiko, membicarakan keberlangsungan bakti news on air yang akan berada di tanganku. Wish me luck, god...
Tak lama kemudian, aku berada di angkot berkode 05. dia akan membawaku ke perintis kemerdekaan, kampus universitas hasanuddin bertahta. Dalam perjalanan menuju kampus, angkotku berhenti untuk mengambil dua remaja putih abu-abu. Oh, ternyata siswaku di JILC. Banyak yang dia keluhkan dengan peraturan yang harus mereka penuhi sekarang. Mulai dari ujian nasional yang bertambah 3 mata pelajaran. Jadi, total mata pelajaran yang harus mereka lulusi adalah 6. belum lagi ujian praktik yang harus mereka jalani di sekolahnya.
”Sabar mako dek, butuh pengorbanan. Imbalan yang ko dapat esok hari adalah jerih payah yang kolakukan hari ini. So, keep study hard!” kataku bijak untuk mempertegas aku tentor yang dewasa dan bisa diandalkan. Huek!!
Aku pun larut dengan cerita yang lebih cenderung keluh kesah sebagai siswa yang akan menempuh ujian akhir. Dan konsentrasiku pun buyar ketika seorang berkemeja coklat naik ke angkot yang aku tumpangi. Postur tubuh serta wajahnya tak asing bagi mataku.
”ira?”
”hei, icha! Sudah?” katanya sambil mengacungkan telunjuknya kepadaku
Pura-pura bego padahal memang, ” sudah apa? ...”
“ujian!” serunya sambil memotong pembicaraanku.
Nda mauma pura-pura bego lagi..”not yet...”jawabku lirih, ”kamu?”
”ini masalahnya, pembimbingku lagi ngambek sama saya, so, ...”
Nda kuingat apa yang menjadi lanjutan pembicaraannya. Saat itu aku sibuk menetralisir keadaanku. Pembimbing? Judul saja belum ada!!
Aku pun terdiam. Tidak mau bertanya lebih dalam tentang tugas akhirnya. Akhirnya perjumpaan dan pembicaraan kami harus terhenti saat dia mengucapkan” kiri” di depan fakultasnya. Dan kotak besi itu pun melaju membawaku ke depan fakultas fisip.
Jadwal yang harus kutepati saat ini adalah bertemu bunda. Mencuri sebanyak mungkin pengalamannya waktu mengerjakan bakti news on air. Saran serta kritik pedas pun darinya kuterima dengan lapang dada. aku memang terbilang terlambat sadar dalam melihat sesuatu. Akhirnya, aku sadar kalau temanku memang benar. Aku lalong!!hhiikkss
Banyak sekali cerita yang mengalir sore itu. Mulai dari bakti news on air, jurnalistik, amerika, world bank, american idol, dan KESEHATAN.
Entah dari mana asalnya, kata itu menjadi topik pembicaraan kami. Mungkin ketika aku mengeluh, melihat kondisiku yang sering tidak fit. Influenza+batuk+sakit kepala sangat sering kuderita bulan ini. Kuakui aktivitasku sangat padat akhir2 ini. Siswa mau ujian nasional dan dampaknya tentor juga harus lebih kerja keras. Belum lagi tugas dari bakti yang sering sekali kutunda dalam pengerjaannya.
Aku mengutip pernyataan Indy barends ketika ditanya apa harapannya di hari kelahirannya.
”Satu yang kuminta. kesehatan. Kalau kita sehat, kita bisa melakukan aktivitas sebaik mungkin.”
Bunda pun melontarkan pernyataan yang dia kutip dari suami Mutia kasim ketika Mutia terbaring lemah di rumah sakit, ”uang bukan segalanya. Ia bisa hilang sekejap ketika harus membeli kesehatan. ”
Aku sadar akan pentingnya kesehatan. Sebuah teorinya saja. 0 untuk praktik. Aku sering tidak berlaku adil pada pemberian-Nya. Aku tidak berlaku adil pada mataku, kubiarkan mereka dalam kungkungan softlens selama hampir 12 jam tanpa membiarkan mereka bernafas sepanjang waktu itu. Aku tidak adil pada lambungku. Seenaknya memasukkan makanan pedas. Aku tidak adil pada paru-paruku. Kubiarkan dia kedinginan dengan balutan kemejaku yang tipis ketika malam hari.
Intinya, aku tidak tahu lagi nasib organ tubuhku saat aku menginjak usia 30. apakah masih bisa diajak bekerja sama untuk melakukan segala aktivitasku?
Aku berharap!

160408

Tidak ada komentar: