14.4.08

Aku kalah, teman!

Hanya tersenyum getir ketika melihat antusias dan semangat temanku mengerjakan proposalnya. Hari ini kumendengar dan melihat lagi semangat itu. Kata yang sudah lama kutinggalkan dan lebih kupilih untuk menguburnya dulu. Suatu saat akan kugali dan memintanya untuk menjadi temanku. Ditangan mereka tergengam pisau analisis. Alat yang mereka gunakan selain pelampung atau perahu agar bisa sampai di pulau yang mereka inginkan.
Bahkan di antara mereka ada yang berkampanye agar saya memilih dan masuk ke klub mereka. Kami memang terbagi dua kubu saat ini. Kubu studi kasus dan semiotika. Ada dwi dan darma, pioner klub studi kasus, ada were dan ema yang akan membentuk klub semiotika. Aku?
Sekali lagi hanya berusaha tertawa lepas tanpa menghiraukan dadaku yang sudah semakin sesak. Aku tidak mau membuat aliran sungai kecil di pipiku di hadapan mereka. Aku semakin kerdil di hadapan mereka jika hal itu terjadi. Aku tidak masuk di kedua kubu itu, lebih tepat bilang tidak pantas masuk kedua kubu itu!!
Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi sangat tepat untukku. Tercatat sebagai mahasiswa ilmu komunikasi pada tahun 2004, ilmuku tidak bisa disandingkan oleh teman-temanku. Lebih tepat disandingkan dengan mahasiswa baru. Bahkan tidak memungkinkan, jika ada mahasiswa baru yang lebih kuat teori komunikasinya dibandingkan aku.
Rasa malu merangsek masuk seketika. Malu melihat kapasitas otakku yang tidak dapat diandalkan.
Aku kalah, teman! Aku sangsi bisa bersama-sama kalian mengapit tangan orang tua memasuki gedung baruga sambil berkata, ”aku sarjana!”

040408

Tidak ada komentar: