2.12.08

hari ini part. II

Usai sudah perjalanan akademikku di kampus merah. hari ini aku sudah melewati tahap akhir studiku di sebuah ruangan milik jurusan politik pemerintahan yang berukuran 4×5 m.
Waktu seakan berputar sendiri. Aku tak ingat betul kronologisnya hingga akhirnya aku sampai di ruangan itu. Apa yang terjadi adalah kepingan yang tak tergabung di otakku. Yang kuingat hanyalah ketakberdayaanku untuk menyelesaikan skripsiku. Ini didukung dengan kapasitas ilmuku yang tidak seberapa untuk sesuatu yang sangat susah. Di kala teman-temanku sudah selangkah lebih dariku, aku hanya mengamati irama semangat mereka dari jauh. Tak mampu mengikuti bahkan mengimbangi. Sempat tebesit di benakku untuk mengalah dan memilih tahun depan menyelesaikan skripsi ini.
Sewaktu tangki semangatku sudah penuh, aku pun harus diperhadapkan dengan realitas bahwa semiotika bukanlah sesuatu yang sangat mudah. Dia perlu dipahami dengan proses waktu yang cukup lama dan kesabaran yang tinggi dari peneliti. Itu yang kudapat dari Barthes di buku mitologinya. Ini yang makin membuatku berdamai dengan realitas.
Namun, kucoba berjalan perlahan, mengerjakan apa yang bisa kukerjakan, membaca apa yang bisa kupahami, dan meluangkan waktu untuk berdiskusi Hingga semuanya bisa tersusun dalam sebuah skripsi Representasi Poligami dalam Film Ayat-Ayat Cinta (Sebuah Studi Semiotika Film).
Hari ini perjalanan akhir akademikku di kampus merah. Sewaktu perjalanan menuju kampus tak sesekali aku mengamati bayangan diriku di cermin becak dan angkot yang kutumpangi. Bukan hanya di cermin, melainkan juga di jendela angkot atau di layar hpku untuk memantapkan penampilanku. Untuk hal ini memang aku sangat perhatian. Jauh sebelum aku ujian, aku sudah men-carter pakaian dan rok dwi serta high heels-nya wie2. Buktinya, kata teman-temanku aku terlihat cantik hari ini walaupun harus jujur bahwa apa yang melekat di badanku bukanlah milikku. hhi
Hari ini perjalanan akhir akademikku di kampus merah. Syukur Alhamdulillah semuanya bisa kulewati. Menjawab cercaan pertanyaan dari dosen pengujiku. Satu per satu mereka melayangkan pertanyaan yang aku tak tahu darimana mereka mendapatkan pertanyaan-pertanyaan itu. Mungkin mereka tidak membaca skripsiku yang sudah berada di tangannya sehari sebelum aku ujian. ada ketidakadilan yang kuterima di sini. Berhadapan dengan dosen penguji yang tidak satu pun menguasai semiotika dan menjawab pertanyaan mereka yang sama sekali tidak mempertanyakan isi skripsiku. Sesungguhnya bukan ini yang kuharapkan. Kemudahan yang kuterima seakan tidak seimbang dengan apa yang kukerjakan.

Atau inikah bentuk keadilan dari-Nya melihat jatuh bangunku mengerjakan skripsi ini? wallahu alam.

Tidak ada komentar: